Minggu, 30 Juni 2013

Lengkapnya Sepi

Lama tidak dengar kabarmu, bagaimanakah kamu sekarang? Semoga kamu dijaganya baik, jangan sampai percuma melepas aku. Jauh dariku bukan berarti tanpa tertawa. Meski ia tidak selucu aku, janganlah jatuh air matamu. Meninggalkan aku sendiri di sini kan seharusnya bukan pilihan untuk bersedih sepanjang hidup. Semangatlah untuk membuat dirimu mencintainya!

Memang sesekali aku coba mencinta dengan mencium, mendobrak pintu hatiku dengan kecupan. Namun apa mau dikata, malah luka perasaan orang. Apa cinta yang meledak-ledak menghancurkan hati sendiri? Sebab setiap bunyi hantaman keras, kudengarnya bagai namamu.

Beberapa menyukaiku dengan lembutnya, hanya tak sedalam kamu mengenal aku. Kamu lebih dari masa lalu, seperti pahlawan yang tidak mungkin hanya karena ada luka kecil, dapat terlupakan perjuangannya. Jika ada sejuta mulut yang menyoraki aku berengsek, aku percaya kamu tetap memiliki suara sendiri. Itulah! Sesekali memang aku suka berkata bodoh, membencimu karena jauh. Sebab menyakitkan, kamu hadir untuk kuingat, seperti datang untuk berpamit. Terkadang ini yang membuatku berharap cemas, di mana kiranya keseluruhanku dapat rubuh, sehingga dari atas panggung aku terjatuh, kemudian mendarat di pangkuanmu. Sekarang setelah semuanya ingin kumulai sendiri, tiap kepingku telah menjelma menjadi nyawa dan memberi hidup bagi tiap kata yang melengkapkan sepi setiap orang.

-Zarry Hendrik

Minggu, 16 Juni 2013

Hujan di Bulan Juni



Hujan Bulan Juni
Sapardi Djoko Damono


Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Jumat, 14 Juni 2013

JuniMU Yang Maha Dahsyat

Entah apa yang semesta kehendaki di hidupku pada tiap-tiap bulan Juni, empat tahun berturut-turut mengizinkanku merasakan berbagai macam perasaan yang begitu dahsyat yang Tuhan telah ciptakan.

JUNI 2010
Dengan rezeki yang, melimpah saya diberikanNya kesempatan untuk berkunjung ke pulau Jawa, Pare, Kediri, Jawa Timur. Tempat yang tidak pernah terlintas di benakku sejak kecil untuk menginjakkan kaki di desa kecil setentram itu demi menuntut ilmuNya. Di sanalah IA mempertemukanku dengan sosok yang akhirnya tak pernah kusangka kami akan menjalin hubungan sejauh ini. HERMANTO, tutor Grammar dengan sosok cerdas nan sederhananya yang berhasil merebut separuh hatiku.
Tepat di bulan JUNI, Tuhan mempertemukan kita untuk pertama kalinya dan kita diberikan kesempatan untuk menjalin komunikasi intens selama beberapa bulan.

JUNI 2011
Berbekal beasiswa kampus, modal nekat dan modal kerinduan suasana belajar Pare, saya dan beberapa teman kembali diizinkan menginjakkan kaki ke tanah Jawa. Sebab sebagian orang mengatakan Pare bukan hanya sebuah desa kecil untuk belajar bahasa tapi memiliki magnet untuk menarik kita kembali ke sana dan itulah yang saya rasakan. Suatu kebahagiaan tersendiri bisa kembali ke tempat itu, merasakan atmosfer Pare adalah keinginan yang selalu tertancap sejak kepulangan dari Pare tahun lalu, mungkin saya merasakan itu karena karena saya memiliki kenangan di tiap sudut Pare. Ketika itu komunikasi kita sempat terputus dan mendengar saya berada di Jawa, kamu bersedia meluangkan waktumu berkunjung ke Jawa Timur, yang pada saat itu kamu berada di Jawa Barat. Terjalinlah kembali komunikasi yang sempat terputus.
Tepat di bulan JUNI, Tuhan kembali mempertemukan kita untuk kedua kalinya, sangkaku saya tak akan pernah lagi bertemu denganmu setelah pertemuan pertama tahun lalu, tapi ternyata IA selalu mempunyai rencana misterius untuk makhluk ciptaanNya.

JUNI 2012
Setelah pertemuan di pertengahan tahun 2011 kemarin, ternyata mengantarmu berpetualang ke Makassar, akhir 2011 dalam keadaan setengah percaya, beberapa teman menyampaikan kepadaku kamu akan tinggal di Makassar untuk beberapa waktu. Akan bekerja, berpetualang di tanah para raja ini. Yang akhirnya komunikasi kita kembali intens dan tepat di bulan Juni 2012, kita memutuskan kembali menjalin hubungan yang insya Allah bisa lebih serius dari sebelumnya.
Tepat di bulan JUNI, kita sepakat untuk kembali merenda tali kasih yang pernah ada.

JUNI 2013
Siapa yang menyangka jika di Juni tahun ini begitu pahit untukku, mungkin untuk kamu juga. keputusan yang bisa dibilang cukup tiba-tiba terdengar hingga ke telingaku. Kamu akan pulang, kamu akan pergi meninggalkan Makassar. Yah setelah perpisahan kita di awal tahun, siapa yang tahu kalau dengan kejadian itu membuatmu moody, uring-uringan menjalani hari dan membuatmu membuat keputusan untuk pergi. Sempat terbersit di benakku beberapa bulan lalu, hidupku akan stuck di sini, hatiku masih kacau balau jika saya masih melihatmu di Makassar, sebaiknya pulanglah, tinggalkan Makassar maka kita akan bersama-sama bisa kuat melewati hari. Dan yap hari itu tiba, 13 JUNI 2013 hari dimana kamu benar-benar pulang dan entah kapan lagi kita akan bertemu. Saya yakin ini semua rencana dahsyat Yang Maha Kuasa.
Tepat di bulan JUNI, kamu pulang, mungkin untuk selamanya meninggalkan Makassar.

Ia sebegitu dahsyat merancang kehidupanku, kehidupan KITA berdua di bulan Juni. Dan pada akhirnya pertemuan di bulan Juni itu akan berakhir di perpisahan jua. Siapa yang tahu jika di bulan-bulan JUNI berikutnya kamu akan kembali ke sini, menawarkan ikatan suci (AMIN) ataukah di bulan JUNI yang akan datang, seseorang yang Tuhan telah takdirkan untukku menawarkan cintanya kepadaku.
Wallahu a'lam

Kamis, 13 Juni 2013

Haruskah Pergi? Atau Pulang?

Pergilah, ke tempat di manapun yang ingin kau tuju, ke tempat di manapun yang membuatmu merasa nyaman. Namun jika suatu hari, kamu belum menemukannya, pulanglah ke rumah. "Rumah" bukan hanya sekedar tempat tinggal bukan? Namun rumah merupakan tempat ternyaman yang membuatmu selalu ingin pulang. . .
Jadi beritahu saya, kapan kau kembali? Atau haruskah saya lagi-lagi mengganggu Tuhan sampai Dia mengabulkan permintaanku. Duh sepertinya kali ini saya tidak akan melakukannya, terlalu gegabah jika saya lagi-lagi mengkritik takdirNya. Bukankah perpisahan adalah sebuah kepastian? Menghadapi takdir dan berprasangka baik adalah suatu keharusan?

Pergilah, tinggalkan kota ini agar kita bisa kembali hidup normal (AMIN). Kalimat itu pernah terbersit di benakku, sebab percaya atau tidak, tak ada hati yang akan baik-baik saja setelah keduanya terpisah. Apapun alasannya. Saya takut hatiku, hidupku akan stuck di sini, ketika saya masih melihatmu berkeliaran di sisi kotaku. Saya yakin hatimu, hidupmu juga masih akan belum stabil sebelum kamu beranjak dari kota ini, itu pengakuanmu ke mereka. Hingga akhirnya hari itu datang.

Tak ada ucapan perpisahan kali ini, hanya sebuah permintaan maaf yang kudengar berulang-ulang darimu sembari bersamaku merapikan pakaianmu yang diiringi rintik gerimis subuh itu. Saya percaya bahwa hujan selalu membawa pesan, mungkin tentang kerinduan atau mungkin sebuah tangis perpisahan yang tak sempat terucap. Hari ini saya berhasil mengelabuimu lagi. menyimpan tangisku dengan rapi. sepertinya saat itu saya sedang belajar ikhlas.

Selamat jalan dan terima kasih. Saya akan merindukan rengkuhan itu, rengkuhan saat kamu begitu takut kehilanganku. Tapi kamu telah berjanji, akan berdo'a  agar kita sama-sama kuat melewati semua ini.

Pergilah, namun jangan lupa beri kabar, jika suatu hari kamu kembali berkunjung ke kotaku. Seperti biasa saya menanti ceritamu, cerita tentang indahnya hidup atau bahkan kerasnya kehidupan.

Oiya, saya sering bercerita kepada mereka bahwa saya masih sering terkesima bagaimana Tuhan menciptakanmu, mempertemukan kita, membawamu ke sini, ke kota ini hingga pada akhirnya mengantarkan kita sampai kepada titik ini. Tuhan maha dahsyat bukan?

Who doesn't hate a goodbye, anyway

Semoga cinta Tuhan senantiasa menjagamu